Sekelumit refleksi diri sebagai penikmat bonsai
Sumber gambar :
https://www.cekpremi.com/blog/cara-merawat-bonsai/
Setiap insan menyukai keindahan sebagai bagian dari estetika kehidupannya. Belajar dari Bonsai kita mengenal arti berjuang. Merawat tumbuhan yang mulanya besar menjadi kerdil tidaklah semudah menyuguhkan kopi pahit menjadi kopi manis. Seni menanam pohon dalam pot ala bonsai mengajarkan kita menjadi pohon berkelas bintang.
Bonsai di kelas bintang mengajak kita merefleksi diri terkait filosofi dalam kehidupan. “Semakin meningkat secara usia makin matang dan makin berkelas.” Kelas seperti apa yang bisa direfleksikan dari bonsai? Semakin bertambah usia hendaknya kesejukan pikiran dalam mengarungi badai permasalahan dalam kehidupan makin terkompromi. Kebijaksanaan untuk menjadi indah dan sekuat bonsai perlu dicicil untuk dipelajari dalam alur tujuan kehidupan manusia.
Istilah bonsai sendiri berasal dari Jepang yang merupakan seni tradisonal pemeliharaan tanaman dalam sebuah pot dangkal. Tujuannya adalah untuk membuat miniatur dari pohon asli yang besar dan sudah tua di alam bebas. Bonsai dikenal dengan hobi berkelas bintang, menjadi indah dan berharga mensyaratkan kesabaran.
Dalam kontes bonsai juga ada klasifikasinya dan kelas-kelasnya. Ada kelas prospek, kelas regional, kelas madya, kelas utama, dan kelas bintang. Pada masing masing kelas juga ada penilaian best ten dan best in show. Matang adalah syarat sebuah bonsai berkompetisi dalam kelas bintang. Matang yang dimaksud adalah sudah dari segi bentuk sudah menyerupai pohon tua di alamnya tanpa alat bantu lagi yang menempel di pohon tersebut, tanpa kawat tanpa bekas lilitan. Serupa dengan manusia dalam kelas bintang, semua unsur kematangan dalam hidup harus terpenuhi seperti cara berpikir, perkataan dan tingkah laku untuk mencapai tujuan.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.