Portal Pendidikan Rumah Belajar

Merdeka Belajarnya, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesia.

Kuliah Umum Level 4 Bersama Mas Menteri

Bapak Ibu guru sekalian merupakan cikal dari guru-guru penggerak, guru-guru dengan inisiatif dan semangat tinggi untuk terus berpacu dengan tuntutan zaman.

Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Januari 2021

Segitiga Belajar: Kurikulum, Asesmen dan Pembelajaran

Salam sehat dan bahagia sahabat sains.

Berikut ini rangkuman dari Bimtek guru belajar seri AKM terkait Kurikulum, Asesmen dan Pembelajaran


Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran apabila banyak dari kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita setinggi mungkin. Nilai murid menjadi sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang pertama dan utama bukan lah menentukan nilai murid.

Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran yang utuh. Kerangka yang sering digunakan adalah segitiga belajar yang mengkaitkan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar membantu kita tidak melihat asesmen, kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru dan pemimpin sekolah dapat melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang menentukan pengalaman belajar murid.

Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:

Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan menggunakan cara belajar dan asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain mengacu pada tantangan dunia nyata, hendaknya mengacu pada hasil asesmen dan refleksi praktik pembelajaran.

Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas berdasarkan kompetensi awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk mencapai sasaran kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran memadukan informasi dari asesmen dengan informasi dari kurikulum. Keseimbangan antara paduan tersebut yang akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.

Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi yang terkait pencapaian kondisi murid dan penguasaan suatu kompetensi tertentu. Asesmen diagnosis: asesmen di awal untuk merancang strategi pembelajaran. Asesmen formatif: asesmen sepanjang proses belajar untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian pembelajaran. Asesmen sumatif: asesmen di akhir untuk menentukan level penguasaan kompetensi oleh murid.

Pemahaman terhadap segitiga belajar akan membawa kita pada kebutuhan membaca laporan Asesmen Kompetensi Minimum dan menggunakannya untuk perbaikan kualitas pembelajaran. 

Merekomendasikan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Hasil Laporan Asesmen Kompetensi Minimum

Meskipun AKM tidak mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi Minimum.

Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:

  1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan pendampingan khusus. 
  2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak memahami secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
  3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat koperasi. 
  4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi dari teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun beragam strategi pemanfaatan koperasi.

Untuk melihat contoh-contoh ragam strategi pembelajaran berdasarkan kategori tingkat penguasaan kompetensi, Anda dapat membaca lebih jauh pada tautan berikut ini:

AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran

Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi:

  1. Modul Belajar Literasi dan Numerasi Jenjang SD. Klik di Modul Literasi dan Numerasi
  2. Surat Kabar Guru Belajar Edisi Ke-21: Literasi untuk Belajar. Klik di http://bit.ly/skgurubelajar021

Mengidentifikasi 4 Kategori Tingkat Penguasaan Kompetensi

Salam dan Bahagia 

Berikut ini merupakan rangkuman tentang  bimtek  seri guru belajar terkait AKM

Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi. 

Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:


TTingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan berikut ini:

AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran


Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Numerasi

Pada topik ini Sahabat Sains akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Numerasi yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada siswa. 


Sumber: Program Guru Belajar Kemendikbud

Pada Numerasi konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar.  Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran.  Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. 

Pada jenjang SMP/MTS hanya terdapat 1 level pembelajaran, dengan mempelajari 4 konten pembelajaran yakni, bilangan, geometri dan pengukuran, aljabar dan data dan ketidakpastian.

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 8, siswa akan belajar merepresentasikan bilangan cacah. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi bilangan, serta rasio dan proporsi.

Senin, 21 Desember 2020

BERKENALAN DENGAN ASESMEN NASIONAL

Salam dan Bahagia Sahabat Sains

"Kita tidak akan bisa mengendalikan angin saat berlayar, tapi kita bisa menyesuaikan layarnya, Perubahan adalah tantangan bukanlah halangan"

Asesmen Nasional tengah menjadi perbincangan hangat dalam dunia pendidikan dewasa ini. Pada kesempatan ini admin sahabat sains akan mengupas tentang Apa itu Asesmen Nasional. Yuk berkenalan dengan Asesmen Nasional.

Apa itu Asesmen Nasional?

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

Mengapa perlu ada Asesmen Nasional?

Asesmen Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Asesmen ini dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar murid. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau  perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu).

Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter murid. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

Apakah Asesmen Nasional menentukan kelulusan peserta didik?

Tidak, Asesmen Nasional tidak menentukan kelulusan. Asesmen Nasional diberikan kepada murid bukan di akhir jenjang satuan pendidikan. Asesmen Nasional juga tidak digunakan untuk menilai peserta didik yang menjadi peserta asesmen. Hasil Asesmen Nasional tidak akan memuat skor atau nilai peserta didik secara individual. Seperti dijelaskan sebelumnya, hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Dengan demikian, Asesmen Nasional tidak terkait dengan kelulusan peserta didik. Penilaian untuk kelulusan peserta didik merupakan kewenangan pendidik dan satuan pendidikan.

Siapa yang menjadi peserta Asesmen Nasional?

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir program belajarnya. Selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan.

Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian murid?

Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi murid sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu murid menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua murid perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi murid di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.

Mengapa yang menjadi sampel adalah murid kelas V, VIII dan XI?

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar murid yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.

Apakah Asesmen Nasional menggantikan UN?

Asesmen Nasional tidak menggantikan peran UN dalam mengevaluasi prestasi atau hasil belajar murid secara individual. Namun Asesmen Nasional menggantikan peran UN sebagai sumber informasi untuk memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan. Sebagai alat untuk mengevaluasi mutu sistem, Asesmen Nasional akan menghasilkan potret yang lebih utuh tentang kualitas hasil belajar serta proses pembelajaran di sekolah. Laporan hasil Asesmen Nasional akan dirancang untuk menjadi “cermin” atau umpan balik yang berguna bagi sekolah dan Dinas Pendidikan dalam proses evaluasi diri dan perencanaan program.

Mengapa yang diukur adalah literasi dan numerasi?

Asesmen Nasional mengukur dua macam literasi, yaitu Literasi Membaca dan Literasi Matematika (atau Numerasi). Keduanya dipilih karena merupakan kemampuan atau kompetensi yang mendasar dan diperlukan oleh semua murid, terlepas dari profesi dan cita-citanya di masa depan. Literasi dan numerasi juga merupakan kompetensi yang perlu dikembangkan secara lintas mata pelajaran. Kemampuan membaca yang diukur melalui AKM Literasi sebaiknya dikembangkantidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia, tapi juga pelajaran agama, IPA, IPS, dan pelajaran lainnya. Kemampuan berpikir logis-sistematis yang diukur melalui AKM Numerasi juga sebaiknya dikembangkan melalui berbagai pelajaran. Dengan mengukur literasi dan numerasi, Asesmen Nasional mendorong guru semua mata pelajaran untuk berfokus pada pengembangan kompetensi membaca dan berpikir logis-sistematis.

Mengapa Asesmen Nasional juga mengukur karakter murid?

Asesmen Nasional bertujuan tidak hanya memotret hasil belajar kognitif murid namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Asesmen nasional diharapkan dapat memotret sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja murid di berbagai konteks yang relevan. Hal ini penting untuk menyampaikan pesan bahwa proses belajar-mengajar harus mengembangkan potensi murid secara utuh baik kognitif maupun non kognitif.

Bagaimana kaitan antara Asesmen Nasional dengan kurikulum?

Asesmen Nasional mengukur kompetensi mendasar (general capa- bilities) yang dapat diterapkan secara luas dalam segala situasi. Kompetensi mendasar ini perlu dipelajari oleh semua murid dan sekolah, sehingga dibangun melalui pembelajaran beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran. Target asesmen yang sekedar mengukur penguasaan murid akan konten atau materi kurikulum menjadi tidak relevan karena di era informasi saat ini, pengetahuan faktual semakin mudah diperoleh dan diakses oleh hampir setiap orang. Sekedar mengetahui menjadi tidak cukup dan kurang relevan. Asesmen Nasional berfokus mengukur pada kemampuan murid untuk menggunakan dan mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dari beragam materi kurikulum untuk merumuskan serta menyelesaikan masalah. Asesmen Nasional menggeser fokus dari keluasan pengetahuan menuju kedalaman kompetensi dari kurikulum.

Apa peran Asesmen Nasional dalam pendidikan jalur non-formal?

Warga belajar diwajibkan menempuh ujian kesetaraan untuk dinyatakan lulus pendidikan non-formal. Asesmen Nasional merupakan ujian kesetaraan yang menjadi salah satu syarat kelulusan. Oleh karena itu, peserta Asesmen Nasional dalam pendidikan jalur non-formal tidak dipilih secara acak oleh Kemdikbud. Peserta Asesmen Nasional pendidikan jalur non formal adalah warga belajar yang mendaftarkan diri untuk ujian kesetaraan. Hasil ujian kesetaraan tersebut sekaligus digunakan sebagai Rapor PKBM.

Informasi diatas bersumber dari Lembar Tanya Jawab Asesmen Nasional (dapat diunduh DISINI)

SEMOGA BERMANFAAT 


Selasa, 06 Oktober 2020

Go-Blog Discovery-Inquiry Learning Portal Rumah Belajar di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 menghantam juga negeri kita. Selama virus corona ini masih mewabah di tengah masyarakat,  semua sektor termasuk pendidikan terkena dampaknya. Kebijakan physical distancing untuk memutus penyebaran wabah, memaksa perubahan dari pendidikan formal di bangku sekolah menjadi belajar dari rumah dalam skala nasional. Meski pembelajaran dilaksanakan dari rumah, tidak menyurutkan usaha saya sebagai pendidik  untuk menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dengan mengintegrasikan TIK di dalamnya.


Kerangka Berpikir Mengajar  IPA di Tengah Pandemi

Upaya pertama yang saya lakukan adalah melakukan asesmen diagnosis non kognitif awal. Apa itu asesmen diagnosis non-kognitif awal?

Asesmen Diagnosis non-kognitif awal adalah usaha  yang dilakukan di awal pembelajaran untuk mengetahui kesejahteraan psikologi dan  emosional peserta didik, aktivitas belajar peserta didik di rumah, dan kondisi keluarga peserta didik. Saya menyiapkan berbagai pertanyaan untuk mendapatkan simpulan terkait apakah siswa memiliki gawai dan tersambung dengan jaringan jika menggunakan sistem pembelajaran online? apakah orang tua mampu mendampingi ketika peserta didik belajar di rumah? apa saja kegiatan anak didik dirumah? 

Berdasarkan hasil diagnosis non-kognitif, siswa menyatakan memiliki HP android untuk melakukan pembelajaran. Akhirnya saya memadukan antara pembelajaran daring dan luring. Bagaimana caranya mengajarkan siswa tentang suatu konsep IPA di tengah pandemi ini? 

Menjawab tantangan tersebut saya menggunakan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning untuk membelajarkan konsep IPA di Kelas VII. Model discovery-inqury learning adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana di dalamnya terdapat kegiatan penyelidikan dan penemuan untuk memahami suatu permasalahan terkait dengan fenomena dunia nyata siswa. Sintaks model Discovery-inqury learning dimulai dari pemberian rangsang, mengidentifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian dan diakhiri dengan menarik kesimpulan terkait serangkaian kegiatan yang telah dilalui sebelumnya. 

Implementasi Pemanfaatan Portal Rumah Belajar

Sebagai sumber belajar saya menggunakan Fitur utama dari Portal Rumah Belajar. Fitur yang saya pakai yaitu Sumber Belajar dari platform Rumah belajar berupa video dan media pembelajaran interaktif. Penggunaan sumber belajar berupa video interaktif saya downloadkan dari Portal Rumah Belajar. Kemudian saya tautkan di postingan blog saya pada langkah  pembuktian dari sintaks model pembelajaran discovery learning. Saya juga mengarahkan siswa untuk login di akun rumah belajar untuk belajar mandiri mencari sumber pengetahuan. Jika terdapat materi yang membutuhkan percobaan secara virtual, saya menggunakan fitur Laboratorium Maya. 

Media Blog saya pergunakan untuk menyampaikan sintaks pembelajaran secara daring. Dimana saya juga mengawinkan fitur google seperti google classroom, google site, dan tentunya google form untuk melakukan evaluasi. Sebagai selingan saya memberikan games seru seperti cucoklogi sains, yaitu games mencocokkan gamba, kemudian turnamen dengan quizziz, dan teka-teki silang ceria terkait materi IPA.

Dengan model discovery learning berbantuan fitur dari rumah belajar membuat motivasi peserta didik meningkat dibandingkan jika saya memberikan tugas saja dan peserta didik membaca buku. Peserta didik saya arahkan untuk mengadakan penyelidikan sederhana ala detektif sains. Mereka mengadakan pengamatan, pencatatan, menemukan sendiri permasalahan untuk kemudian dibandingkan dengan konsep yang ada. 

Saya mengharapkan segenap dimensi pendidikan tidak patah semangat dalam belajar. Peran orang tua, pendidik, sekolah, dan pemerintah dalam mengatasi segala permasalahan di masa pandemi ini sangat diperlukan. Dengan adanya quota gratis untuk pembelajaran diharapkan menjadi angin segar bagi peserta didik untuk mengakses sumber-sumber belajar yang relevan. Pendampingan orang tua di rumah dalam menuntun ananda tercinta tak pelak menjadi tambahan beban tersendiri ditengah kesibukan bekerja para orang tua. Namun beginilah pandemi ini megajarkan kita untuk tetap tangguh. Tetap bekerja keras memerangi musuh tak terlihat. Tetap memberikan cinta kasih terhadap anak dalam belajar, pendidik tetap memandu, meyakinkan segenap lapisan bahwa pendidikan tetap terlaksana di tengah keterbatasan. 

Habis gelap terbitlah terang. Semoga pandemi ini segera berlalu dan kita bisa belajar di sekolah seperti sedia kala. 

Jumat, 18 September 2020

TIDAK ADA KESUSKSESAN TANPA KERJA KERAS

Salam Tangguh Peserta Pembatik Level 4

Oleh : SRB Bali 2020-Nyoman Sri Darmayanti


Merdeka Belajarnya, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesiaku

Demikianlah Motto dari Rumah Belajar yang tentunya akan selalu didengungkan oleh para Sahabat Rumah Belajar 2020 di seluruh Indonesia. Lolos ke tahap level 4: berbagi pastinya sebuah kebanggaan tersendiri bagi setiap peserta Pembatik. Sahabat Rumah Belajar adalah sebutan bagi 30 besar peserta Pembatik yang lolos dimasing-masing provinsinya. Perjuangan yang tidak mudah mengingat setiap tahapan level Pembatik memiliki tantangan pengerjaan tugas.

Mau tau seperti apa Tugas Pembatik di Level 4 ini? 

Setelah melewati kuliah umum di tanggal 14 s/d 18 September 2020 akan diadakan coaching menjadi beberapa gelombang untuk membahas modul dan tugas. Berikut adalah jadwal coaching masing-masing provinsi.


Tahapan menjadi Duta Rumah Belajar sebagai berikut:


Sudah terbayang beratnya seleksi tahap ini? namun jangan jadikan hal ini beban, ini adalah sebuah penempaan menjadi Duta yang berorientasi pada pengalaman berbagi.


Jangan segan menulis, walau hanya satu kalimat. Jangan malas melangkah, walaupun selangkah.  Jangan berhenti belajar, walau hanya satu kata. Sampaikanlah, walau hanya satu bait. Teruslah bergerak selagi napasmu dan darahmu masih mengalir dalam tubuh.



Kamis, 17 September 2020

BELAJAR KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DENGAN POP UP BOOK IPA

WOOWWW MEDIA IPA-PRAKARYA DAPAT DISATUKAN DENGAN RUMAH BELAJAR

Oleh : Nyoman Sri Darmayanti (Guru SMP Negeri Satap Sangkan Gunung, Karangasem Bali) 17/8/20


Berkreasi sebagai guru yang memegang tugas mengampu dua mata pelajaran di SMP, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Prakarya sangatlah menyenangkan. Mengapa Begitu?

Jawabannnya karena saya mencoba memadukan esensi dari pelajaran IPA dan Prakarya dalam suatu karya kerajinan. 

Mengajar IPA di masa pandemi Covid-19 ini memiliki berbagai tantangan. Tantangannya adalah bagaimana membuat media belajar yang menarik dan harus praktis, mendidik, dan tentunya sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. 

Menjawab tantangan tersebut, kali ini saya melibatkan peserta didik saya untuk membuat benda kerajinan benda hias pada mata pelajaran prakarya berupa Media Pop Up Book IPA. Media Pop Up Book merupakan opsi media yang dapat dikembangkan untuk memberikan variasi pembelajaran. 

Pop-Up adalah sebuah kartu atau buku yang ketika dibuka bisa menampilkan bentuk tiga dimensi atau timbul. Pop-Up Book ini dirancang dengan kreasi semenarik mungkin sehingga mampu menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar yang akan berdampak pada hasil belajar IPA peserta didik. Selain itu akan membantu guru dalam kegiatan belajar supaya lebih mudah dalam mengimplementasikan contoh secara lebih konkret.

Pop-Up Book dapat di desain sesuai dengan kebutuhan materi yang harus diajarkan dan tentunya dengan memperhatikan bagaimana langkah-langkah pembelajaran peserta didik tersebut. Keunggulan dari Pop-Up Book yaitu dapat memvisualisasikan gambar menjadi lebih menarik.

Untuk menginformasikan kepada peserta didik terkait tugas pembuatan POP UP sebagai tugas Prakarya, saya menginformasikan di grup Google Classroom.



BERIKUT ADALAH HASIL MEDIA POP UP BOOK IPA  KARYA PESERTA DIDIK 


Jika peserta didik menginginkan materi / bahan ajar tentang Klasifikasi Makhluk Hidup peserta didik dapat mendapatkannya di SUMBER BELAJAR Portal RUMAH BELAJAR.


"Merdeka Belajarnya, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesia"


Rabu, 17 Juni 2020

Peneltian Tindakan Kelas Model Pembelajaran NHT

ABSTRAK

Sri Darmayanti, Nyoman. 2019. Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural NHT untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Sidemen semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

 

Kata kunci : model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural NHT, hasil belajar, dan IPA. 

Penelitian ini dirancang dalam dua siklus pembelajaran yang masing-masing siklus dilaksanakan dengan mengikuti sintak model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural NHT. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa, khususnya siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Sidemen semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Data hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes yang berjumlah 15 butir soal. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan kriteria ketuntasan belajar untuk aspek hasil belajar minimal memiliki rata-rata 70 dengan ketuntasan klasikal 85%. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dalam penelitian ini diperoleh simpulan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Sidemen semester genap  tahun pelajaran 2018/2019. Siklus I memiliki rata-rata 72; daya serap 72%; dan ketuntasan belajar 74%. Pada siklus II meningkat rata-ratanya menjadi 83; daya serap 83%; ketuntasan klasikal 89%. Hasil ini terlihat dari siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 72 meningkat sebesar 11% menjadi 83 pada siklus II.


Kamis, 23 April 2020

SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog)

SAGUSABLOG

IKATAN GURU INDONESIA (IGI) LAHIRKAN SAGUSABLOG UNTUK GURU MILENIAL



SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog) sebagai salah satu kanal kegiatan Ikatan Guru Indonesia (IGI) sampai saat ini telah melatih lebih dari 3000 guru di Indonesia dan menghasilkan lebih dari 1500 Blog Guru.

SAGUSABLOG lahir untuk menjawab tantangan guru di abad 21 di mana literasi informasi menjadi salah satu hal penting yang harus dikuasai di abad ini. Blog menjadi salah satu software primadona IGI yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru. Workshop SAGUSABLOG ini berisi tentang bagaimana cara membuat Media Pembelajaran Berbasis Blog kelas Dasar dengan materi sebagai berikut:
  • Membuat blog dengan blogger
  • Mengganti dan mendesain template bawaan blogger
  • Mendesain Header blog
  • Mengelola dan Menghias Blog
  • Membuat dan Mengelola Menu Blog
  • Membuat dan mengelola soal online di google drive
Mari bergabung dalam workshop SAGUSABLOG
Berikut Video Cara Pendaftaran Kegiatan SAGUSABLOG