Portal Pendidikan Rumah Belajar

Merdeka Belajarnya, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesia.

Kuliah Umum Level 4 Bersama Mas Menteri

Bapak Ibu guru sekalian merupakan cikal dari guru-guru penggerak, guru-guru dengan inisiatif dan semangat tinggi untuk terus berpacu dengan tuntutan zaman.

Rabu, 24 Februari 2021

Materi Prakarya: Sayuran Sebagai Olahan Pangan

Salam dan Bahagia

Semoga anak-anak dalam keadaan sehat dan siap belajar prakarya pada pagi hari ini. Sebelum memulai pelajaran, jangan lupa berdoa terlebih dahulu sesuai dengan kepercayaannya masing-masing ya. 


Agar terlihat lebih jelas, anak-anak  klik gambar berikut kemudian di akhir gambar ada kegiatan pengamatan yang harus anak-anak lakukan. Selamat Bekerja 












Senin, 22 Februari 2021

Panduan Pelaksanaan Ujian Sekolah Jenjang SMP Tahun 2021

Salam dan Bahagia 

Kali ini sahabatsains akan berbagi infografis panduan pengembangan bentuk ujian yang dapat diselenggarakan oleh satuan pada jenjang SMP. 


Untuk lebih jelas sahabat dapat klik pada masing-masing gambar.






























Semoga Bermanfaat

Rabu, 17 Februari 2021

TEKNIK PENGOLAHAN PADA MAKANAN

Salam dan Bahagia

Pada kesempatan ini admin sahabatsains.com akan berbagi tentang materi ajar prakarya aspek pengolahan. Pada materi ini akan diuraikan secara singkat teknik dasar pengolahan pangan yang dibedakan menjadi 2 yaitu, teknik pengolahan makanan panas basah (moist heat) dan teknik pengolahan panas kering (dry heat cooking).



Berikut ini adalah sajian tentang kedua teknik pengolahan tersebut. Supaya tampak lebih jelas setiap gambar dapat di klik ya kawan-kawan. Selamat berliterasi teman-teman. 















Terimakasih sudah berkunjung ke sahabatsains.com. Semoga postingan ini bermanfaat dan menambah wawasan tentang macam-macam teknik pengolahan pada makanan.


Jumat, 05 Februari 2021

RPP PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Salam dan Bahagia 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu. 

Dalam pelaksanaan di lapangan, setiap guru pasti menemukan kasus berbeda di kelasnya. Diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodir kebutuhan belajar seluruh siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dibuat hendaklah memuat strategi diferensiasi konten, diferensiasi proses ataupun diferensiasi produk. Strategi diferensiasi yang dipilih menyesuaikan dengan kebutuhan belajar yang menyangkut kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa. Strategi diferensiasi tersebut dapat dipilih salah satu ataupun dapat dipergunakan sekaligus ketiganya sesuai dengan kemerdekaan belajar di kelas bapak/ibu.

Baca juga: Penjelasan tentang pembelajaran berdiferensiasi DISINI

Berikut ini adalah sebuah contoh kasus pertama yang dialami guru TK

Ibu Anik adalah guru TK B dengan murid sebanyak 12 orang. Minggu depan, Ibu Anik ingin murid muridnya mengeksplorasi tentang warna. Ia ingin murid-murid menyelidiki apa yang akan terjadi jika warna-warna dicampur. Saat melakukan pemetaan kebutuhan belajar, Ibu Anik mengidentifikasi kondisi
seperti di bawah ini:

  • Sebagian besar murid-muridnya sudah dapat mengikuti instruksi yang terdiri dari dua langkah.
  • 4 orang muridnya dapat mengikuti instruksi lebih dari dua langkah dengan cepat dan mandiri.
  • 2 orang muridnya masih belum dapat mengikuti instruksi dengan baik.
Mereka masih sering melakukan sesuatu yang melenceng dari instruksi yang diberikan, sehingga perlu diberikan instruksi satu demi satu, selangkah demi selangkah.

Berikut ini RPP yang mengakomodasi profil belajar murid seperti yang dideskripsikan di atas!
Sumber : 
CGP Karangasem 1 : Bapak Doni Wiputra, Bapak Subrata, dan Bapak Agus Primandana 
RPP tersebut dapat didownload [DISINI]

Kasus ke dua adalah yang dialami guru SD sebagai berikut.

Pak Anto mengajar di kelas 1 Sekolah Dasar dengan jumlah murid 32 orang. Murid - murid di kelas Pak Anto tentunya memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Pak Anto menemukan ada 6 murid yang belum mampu membaca dan menulis, serta terdapat 2 anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan penglihatan sedang. 
Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh murid di kelasnya berbunyi:
Murid dapat menyampaikan penjelasan (berupa gambar dan tulisan) tentang anggota tubuh dan panca indera serta perawatannya menggunakan kosakata Bahasa Indonesia dengan bantuan bahasa daerah secara lisan dan/atau tulis. 

Berikut ini merupakan RPP yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan murid di kelas tersebut untuk membantu murid mencapai kompetensi dasar di atas.

Sumber: CGP Karangasem 1
Ibu Ayu Sunaryati, Bapak Purnawan, dan Bapak Kertiyasa. 
RPP tersebut dapat didownload [DISINI]

Kasus ketiga dialami guru SMA
Pak Aditya adalah seorang guru bidang studi Sosiologi di Kelas 10. Salah satu Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh muridnya adalah sebagai berikut:
Melakukan penelitian sosial yang sederhana untuk mengenali ragam gejala sosial dan hubungan sosial di masyarakat. Setelah mendiskusikan dengan murid-muridnya, ia menemukan bahwa mereka memiliki ketertarikan yang berbeda. Ada yang tertarik pada isu budaya, ekonomi, lingkungan dan psikologis.

Berikut ini RPP untuk mendiferensiasi pembelajaran sehingga murid semangat dan memiliki keterlibatan penuh dalam pembelajaran

Sumber : CGP Karangasem 1
Ibu Eka Pratiwi, Ibu Darmini, dan Bu Sri Darmayanti
RPP tersebut dapat didownload [DISINI]

Demikian tiga kasus yang dialami oleh ketiga guru pada jenjang yang berbeda. Saya yakin bapak/ibu guru memiliki banyak kasus lain di kelas bapak/ibu. Mari bersama mengakomodir seluruh kebutuhan siswa yang muaranya nanti adalah siswa memiliki kecakapan hidup berupa keterampilan sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. 
Panjang umur perjuangan guru penggerak.



Minggu, 31 Januari 2021

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF SEKOLAH

Salam dan Bahagia Calon Guru Penggerak di Seluruh Indonesia.

Kali ini admin sahabatsains.com akan membagikan aksi nyata program guru penggerak angkatan 1 pada modul 1.4, yaitu Budaya Positif di Sekolah.


BUDAYA 5S (SENYUM , SAPA, SALAM, SOPAN, DAN SANTUN ) 

MEWUJUDKAN KONSEP PAWONGAN

ARTIKEL

Oleh:

Nyoman Sri Darmayanti

Guru di SMP Negeri Satu Atap Sangkan Gunung, CGP Kab. Karangasem


A. LATAR BELAKANG

Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses pembentukan pribadi, diharapkan mampu membendung berbagai kemungkinan-kemungkinan negatif yang secara perlahan akan menghilangkan budaya bangsa. Melalui pendidikan karakter diharapkan permasalahan yang timbul dari pergeseran etika dan moral yang dilakukan oleh para generasi muda akan semakin menurun atau bahkan menghilang.

Bali sebagai pulau yang mengedepankan rasa humanisme memiliki beberapa konsep budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakatnya. Konsep Pawongan adalah Salah satu bagian dari Tri Hita Karana dalam menjaga keharmonisan hubungan di Bali. Pawongan merupakan sebuah konsep bagaimana membina hubungan harmonis antara sesama manusia. Diperlukan sebuah seni untuk membina hubungan agar selalu berjalan dengan baik. 

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar tercipta sebuah pola hubungan pawongan yang baik, yaitu: 

Memiliki pemikiran yang universal, sebagai manusia kita harus mampu untuk mengembangankan pandangan yang universal berdasarkan pemahaman pada asas-asas spiritual. Kita tidak akan bisa mendapatkan kemajuan dalam kebijaksanaan dan pemahaman yang lebih tinggi tentang spiritual melalui pandangan yang sempit. Semua bentuk pemujaan dan meditasi, yang dianggap sebagai praktik spiritual, namun sebenarnya adalah penyimpangan mental bila itu ditujukan untuk menyenangkan pikiran semata. Tuhan digambarkan sebagai ayah, ibu, kakak, teman dan seterusnya. Ketahuilah bahwa kita adalah satu. Kalian ada di dalam Tuhan dan Tuhan ada dalam diri kalian, pencerminan diri kita juga ada dalam diri orang lain. Spiritualitas berarti menyadari penyatuan kita dengan Tuhan, kita dengan ciptaan-Nya yang lain, kita dengan lingkungan. begitu kita mendapatkan keyakinan ini maka berbagai macam sadhana spritual tidak akan diperlukan lagi. Kesatuan ini seharunya tidak hanya konsep intelektual semata itu seharusnya menjadi sebuah realitas hidup.


Menjadi pribadi yang ramah, sikap ramah ibarat air segar yang bisa menawarkan rasa haus manusia akan sebuah rasa penghormatan. Hendaknya kita selalu melihat sisi baik pada sikap dan perbuatan orang lain. Bersikap ramah dengan tulus.Dewasa ini kondisi karakter peserta didik di sekolah sedikit memprihatinkan, baik secara emosional, tindakan maupun perilaku sosial peserta didk. Diperlukan upaya pembentukan budaya positif sekolah untuk membentuk profil pelajar pancasila sesuai tujuan dari merdeka belajar. Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses pembentukan pribadi, diharapkan mampu membendung berbagai kemungkinan-kemungkinan negatif yang secara perlahan akan menghilangkan budaya bangsa ini. Sehingga diharapkan permasalahan yang timbul dari pergeseran etika dan moral yang dilakukan oleh para generasi muda akan semakin menurun atau bahkan menghilang.
Banyak sekali program yang ditemukan untuk meningkatkan nilai karakter diri para peserta didik, salah satu program yang bisa diterapkan untuk menanamkan pendidikan karakter para peserta didik adalah membiasakan budaya
5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Program ini merupakan kegiatan yang sederhana, namun memiliki peranan dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesama (Pawongan)

B. TUJUAN AKSI NYATA

Adapun tujuan kegiatan ini sebagai berikut:

  1. Peserta didik dapat menggunakan bahasa yang sopan ketika berbicara dengan guru dan teman-temannya.
  2. Dengan senyum peserta didik merasa lebih damai, senang, dan gembira berada di lingkungan sekolah
  3. Dengan sapa dan salam mempererat tali persaudaraan dan mencairkan suasana
  4. Dengan pembiasaan sopan dan santun akan terbentuk pribadi yang baik sehingga tercipta harmonisasi antar semua warga sekolah (Pawongan).

C. DESKRIPSI AKSI NYATA

Pembiasaan budaya 5S diawali dengan mengadakan kesepakatan kelas. Kelas yang penulis pakai sebagai subyek adalah kelas IX A karena penulis merupakan wali di kelas tersebut. Adapun runtutan kegiatan aksi nyata Budaya 5S mewujudkan konsep Pawongan ketika masa pandemi Covid-19 di semester genap tahun pelajaran 2020/2021 sebagai berikut.

  1. Mengadakan diskusi bersama peserta didik kelas IX A melalui aplikasi Zoom untuk membentuk kesepakatan kelas terkait budaya positif yang akan diterapkan di kelas IX A. 
  2. Pendapat-pendapat peserta didik diketikkan di dokumen melalui aplikasi Google Doc. 
  3. Setelah terdapat kesepakatan kelas dimana salah satunya adalah penerapan budaya 5S, guru dan peserta didik menandatangani kesepakatan kelas tersebut.
  4. Guru memantau aktivitas peserta didik ketika mengumpulkan tugas secara langsung ke sekolah, ketika berdiskusi di grup kelas melalui WA atau classroom.
  5. Hasil pemantauan disampaikan kepada Kasatdik dan guru lain sebagai bahan refleksi.

Tolak ukur keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan ini sebagai berikut:

  1. Peserta didik terbiasa memberi salam ketika berkomunikasi dengan teman, guru dan pegawai termasuk kepada tamu yang datang.
  2. Peserta didik terbiasa memberikan senyum dan sapaan hangat ketika bertemu dengan teman, guru atau pegawai termasuk kepada tamu yang datang
  3. Peserta didik berperilaku sopan dan santun dalam kesehariannya di sekolah.


D. HASIL AKSI NYATA

Pelaksanaan budaya 5S di masa pandemi diupayakan tetap dilaksanakan. Adapun hasilnya, yaitu sebagai berikut:

  1. Pembiasaan mengadakan kesepakatan kelas dalam membentuk budaya positif awalnya memang belum biasa dilakukan oleh peserta didik karena mereka belum terbiasa memberikan pendapatnya. Setelah dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan membentuk kebiasaan baik di sekolah. beberapa peserta didik mulai memberikan pendapatnya.  Aplikasi virtual yang digunakan adalah zoom meeting.  komentar peserta didik dituliskan di kolom chat. Dari beberapa pendapat disepakatilah Budaya Positif yang akan dilakukan, yaitu: a) mentaati protokol kesehatan, b) budaya 5S (Senyum, sapa, salam, sopan, dan santun), c) mengumpulkan tugas tepat waktu, d) menjaga iman dan imun agar aman.
  2. Poster kesepakatan kelas digital  yang dibuat ditandatangani dan dishare di grup WA kelas IX A.
  3. Perilaku peserta didik ketika mengumpulkan tugas mulai diamati ketika kesekolah peserta didik memakai masker untuk mematuhi protokol kesehatan. Ketika bertemu dengan guru peserta didik tidak memberikan salam dengan berjabat tangan namun dengan salam panganjali, yaitu mencakupkan tangan dan menyapa guru yang ditemuinya.
  4. Pada awalnya ketika murid bertanya kepada guru lewat WA, banyak yang memulai percakan dengan mengetik hurup "P" yang artinya "ping" untuk mengetahui apa gurunya sedang online atau tidak. Perlahan dengan adanya kesepakatan kelas untuk berlaku sopan dan santun, peserta didik mulai terbiasa menggunaan sapaan yang sopan dan bertemu guru di sekolah berperilaku santun. 
  5. Kegiatan pembentukan budaya positif di sekolah mendapatkan apresiasi yang baik dari kasatdik dan guru lain. Guru-guru mulai juga memulai untuk mengadakan kesepakatan kelas pada murid walinya untuk membentuk budaya positif. Hal tersebut menjadi langkah awal mewujudkan hubungan yang harmonis dengan peserta didik dan warga sekolah (konsep pawongan).

E. REFLEKSI 

Kebaikan yang diperoleh dari aksi nyata ini adalah pembiasaan membangun kesepakatan kelas bersama peserta didik dengan mendengarkan keinginan peserta didik, mewujudkan hubungan yang harmonis dengan warga sekolah melalui buaya 5S, dan perubahan sikap ke arah yang positif pada peserta didik, terutama dalam hal berkomunikasi dengan guru melalui aplikasi WA pada masa belajar dari rumah (BDR). 

Kelemahan pada pelaksanaannya adalah tidak dapat membiasakan secara nyata di kelas secara tatap muka  karena masih pandemi. 

F. PERBAIKAN YANG DILAKUKAN

Jika nanti pembelajaran dapat berjalan normal, poster kesepakatan kelas akan dipasang di depan kelas supaya dapat dilihat untuk dilaksanakan oleh peserta didik. Hal ini juga dilakukan oleh wali kelas yang lain guna membentuk budaya positif sekolah.

G. DOKUMENTASI KEGIATAN


 kesepakatan kelas digital yang ditandatangani wali kelas dan murid wali

Memberikan salam kepada guru ketika ke sekolah menanyakan informasi tugas

Memberikan salam ketika di awal semester mengambil buku paket ke sekolah