KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PENDAMPINGAN ORANG
TUA MELALUI TEKNIK WAWANCARA SERTA PENGUMPULAN JURNAL KEBAIKAN
BERLANDASKAN TRI HITA KARANA
Oleh:
Nyoman
Sri Darmayanti, S.Pd
Calon
Guru Penggerak Kabupaten Karangasem
1.1 LATAR BELAKANG
Sejak merebaknya Coronavirus Disease (COVID-19), proses belajar mengajar di sekolah
dihentikan dan diganti belajar dari rumah. Guru berupaya menghadirkan pembelajaran
dalam jaringan (daring) yang dapat diakses peserta didik dari rumah
masing-masing. Memang bukan hal mudah mengkondisikan anak belajar di rumah, apalagi menciptakan proses pembelajaran
daring yang menarik, bermakna, dan menyenangkan.
Selain kreativitas dan inovasi
pembelajaran online dari guru, salah satu syarat utama agar belajar dari rumah
bisa maksimal adalah kemandirian peserta didik dalam belajar. Belajar dari
rumah secara daring menjadi saat yang berharga untuk melatih anak mengembangkan
karakter sesuai profil pelajar Pancasila, yaitu (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, (2)
berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis
dan (6) kreatif. Untuk mewujudkan profil pelajar pancasila, guru dapat berinovasi
dengan mengintegrasikan budaya masyarakat Bali yang dikenal dengan Tri Hita
Karana dalam pembelajaran.
Masyarakat Bali memegang teguh
konsep Tri Hita Karana dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri
Hita Karana terdiri dari: Parahyangan yaitu hubungan yang seimbang antara
manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, Pawongan artinya hubungan yang harmonis
antara manusia dengan manusia lainnya, dan Palemahan artinya hubungan yang
harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Konsep Tri Hita Karana
dapat diterapkan anak ketika belajar dari rumah dengan mendokumentasikannya
dalam jurnal. Kebaikan-kebaikan yang telah dilakukannya sehari-hari dicatat
dengan jujur untuk membiasakan peserta didik berkegiatan positif di rumah.
Guna menjalankan peran sebagai
pemimpin dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, mandiri, inovatif,
reflektif, dan kolaboratif guru penggerak dapat mengembangkan salah satu
kompetensinya, yaitu melibatkan orang tua sebagai pendamping dan sumber belajar
bagi anaknya di rumah.
Peran guru penggerak mewujudkan
merdeka belajar dengan melibatkan pendampingan orang tua melatar belakangi
penulis merancang aksi nyata di kelas VII SMP Negeri Satap Sangkan Gunung dengan
judul “Kemandirian Belajar dan Pendampingan Orang Tua Melalui Teknik Wawancara
serta Jurnal Kebaikan Berlandaskan Tri Hita Karana”.
1.2 DESKRIPSI AKSI
NYATA
Guna mewujudkan merdeka belajar
yang berpihak pada murid. Hal pertama yang penulis lakukan adalah membuat
analisis diagnosis nonkognitif awal tentang pembelajaran menyenangkan yang
diharapkan anak dan menyepakati adanya pelibatan orang tua di dalam
pembelajaran. Diagnosis di awal pembelajaran ini dilakukan dengan membuat form
melalui platform Google Form seperti pada gambar berikut.
* Klik gambar supaya lebih jelas
Setelah meninjau hasil form yang
diisi oleh peserta didik kelas VII disepakati adanya pelibatan orang tua dalam
pembelajaran pada materi energi dan perubahannya. Dimana teknik yang dilakukan
adalah orang tua peserta didik menjadi narasumber yang diwawancarai tentang
pemakaian energi listrik/air di rumahnya dengan mengacu pada rekening listrik
bulanan keluarga kemudian membuat hasil laporan wawancara. Sebagai upaya memacu
kreativitas peserta didik dalam berkarya diberikan kebebasan tugas proyek
berupa himbauan untuk menghemat sumber-sumber energi. Proyek dapat berupa
artikel, poster, atau video. Jadwal pengumpulan disepakati waktunya dengan
mendiskusikannya pada grup WA kelas.
Berdasarkan analisis nokognitif
tersebut, dengan memperhatikan jawaban-jawaban terkait gaya belajar menyenangkan
yang diharapkan peserta didik, pembelajaran dirancang menggunakan sintaks model
Project Based Learning (PJBL) dengan mengintegrasikan sains lokal Bali pada
tahap apersepsi dan penguatan konsep dengan memberikan contoh situasi dunia
nyata peserta didik (konsep kenal lebih
sayang).
Upaya membiasakan karakter positif
bagi anak-anak sekalipun dalam situasi belajar dari rumah dilakukan dengan
jurnal kebaikan berlandaskan Tri Hita Karana. Berhubung situasi Pandemi saat
ini, pemberian instruksi, pengumpulan jurnal, serta pemberian feedback
dilakukan berbantuan platform Google Classroom. Anak-anak akan mengumpulkan
jurnal yang divalidasi orang tua sebagai mitra penting sekolah dalam membangun
karakater positif anak. Pengumpulan jurnal ini disertai tiga foto aktivitas
positif berkaitan dengan kegiatan Parahyangan,
Palemahan, dan Pawongan. Tentunya harus sinkron dengan apa yang tertulis di
jurnal. Penulisan dilakukan dalam satu minggu. Sinergi antara wali kelas dan
orang tua untuk mengecek jurnal anak setiap harinya sangat berperan dari
suksesnya program edukasi ini. Peserta didik kelas VII saat memasuki Tahun
Pelajaran 2020/2021 ini belum mengenal tentang Jurnal Kebaikan, maka disiapkan
sesi khusus pada sesi vicon. dan selanjutnya diberikan instruksi awal juga pada
Google Classroom seperti gambar berikut.
*Klik gambar supaya lebih jelas
1.3 HASIL AKSI NYATA
Hasil yang diperoleh dari aksi
nyata “Kemandirian Belajar dan Pendampingan Orang Tua Melalui Teknik Wawancara
serta Jurnal Kebaikan Berlandaskan Tri Hita Karana”.
dapat dipaparkan sebagai berikut.
1. Guru
dapat mengembangkan inovasi pembelajaran yang berpihak pada murid sebagai
tujuan merdeka belajar. Keberpihakan yang dimaksud adalah mengubah instruksi
menjadi kesepakatan-kesepakatan berdasarkan gaya belajar yang diinginkan
peserta didik. Penekanan merdeka belajar pada kesanggupan untuk melibatkan
orang tua sebagai sumber belajar dirumah, inovasi karya berdasarkan potensi
yang dimiliki, dan kebebasan berpendapat saat mempresentasikan hasil karya
dalam vicon.
2.
Kolaborasi antara guru dan orang tua terlihat
dalam wawancara terkait pengeluaran bulanan pembayaran rekening air/listrik.
Orang tua dilibatkan sebagai sumber informasi yang dimintai pendapatnya tentang cara mengoptimalkan
penggunaan energy di rumah. Peran
guru dan orang tua memang mendasar dalam mendukung proses anak belajar di rumah. Keduanya mesti membangun
kolaborasi demi memaksimalkan kegiatan belajar anak. Kreativitas guru dalam
menghadirkan pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan akan sangat
menentukan besarnya atensi siswa terhadap kegiatan belajar daring tersebut.
Sedangkan pendampingan dan keaktifan orang tua dalam menemai anak akan
menentukan sejauh mana kegiatan belajar di rumah akan bermanfaat dan bermakna.
3. Menanamkan
pendidikan karakter menuju Profil Pelajar Pancasila berdasarkan konsep budaya
Bali, yaitu Tri Hita Karana. Hal ini
terlihat dari jurnal kebaikan yang dilakukan sehari-hari dimana pelibatan orang
tua juga dilakukan ketika mengomentari kegiatan anaknya. Hal baik yang
dilakukan seperti melakukan persembahyangan (Parahyangan), membantu orang tua di rumah seperti menyapu,
menyetrika dll (pawongan), dan
membersihkan lingkungan (Pawongan)
4. Memberikan
kebebasan peserta didik untuk berkarya sesuai minatnya dalam upaya menghemat energi.
Ada yang mengumpulkan poster, ada artikel, ada pula yang mengumpulkan video. Tugas
yang terkumpul sesuai potensi mereka.
5. Peserta
didik dilatih kemandiriannya saat mengerjakan tugas proyeknya dengan
mencurahkan segala potensi yang dimiliki, mencari informasi dari berbagai
literatur seperti buku, video youtube, ataupun searching pada Google
6. Penerapan
model PBJL disisipkan dengan pemberian materi secara kontekstual sesuai
kehidupan nyata di Bali. Seperti konsep kearifan lokal perayaan Nyepi untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca, perubahan energi yang terjadi pada rindik,
gong, obor dan konsep subak sebagai upaya pengoptimalan energi air dalam sistem
pengairan di Bali.
1.4 REFLEKSI
AKSI NYATA
Hal baik yang di dapat dari aksi nyata mewujudkan merdeka
belajar tersebut adalah perlahan mengubah mind set penulis tentang pola
pengajaran guru. Jika awalnya penulis selalu memberikan tugas melalui instruksi
sekarang lebih diupayakan memberikan tuntunan tanpa melepaskan. Kesepakatan di
awal pembelajaran diperlukan untuk menggali potensi peserta didik. Kemandirian
akan terbentuk jika guru mampu mengarahkan peserta didik menuju kemandiriannya.
Dari tuntunan tersebut akan tercipta kreativitas peserta didik sesuai potensi
yang dimilikinya. Pelibatan orang tua sebagai sumber belajar mendapat apresiasi
positif dari orang tua yang terlihat dari komentar orang tua pada jurnal
kebaikan.
Kendala yang dialami, yaitu beberapa anak sering bertanya secara
terus menerus tentang tugasnya satu persatu melalui WA pribadi. Karena
pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, maka kesulitan komunikasi
memang menjadi tantangan segenap pihak. Tuntunan dan kesabaran guru diperlukan
sebagai solusi permasalahan tersebut
1.5 RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG
Kedepannya penulis akan menularkan
hal-hal baik yang sudah dilakukan terkait penerapan merdeka belajar kepada
rekan-rekan guru di sekolah. Secara berkala pada waktu rapat, seluruh guru
diajak untuk melakukan refleksi tentang praktik baiknya mengajar. Sehingga dari
refleksi tersebut akan muncul keberhasilan dan kelemahan yang perlu diperbaiki.
Keberhasilan yang dialami guru akan menjadi kekuatan bagi sekolah untuk
meningkatkan layanannya kepada peserta didik.
1.6 DOKUMENTASI KEGIATAN
* Klik Gambar supaya lebih jelas