Portal Pendidikan Rumah Belajar

Merdeka Belajarnya, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesia.

Kuliah Umum Level 4 Bersama Mas Menteri

Bapak Ibu guru sekalian merupakan cikal dari guru-guru penggerak, guru-guru dengan inisiatif dan semangat tinggi untuk terus berpacu dengan tuntutan zaman.

Tampilkan postingan dengan label Guru Penggerak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Guru Penggerak. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Oktober 2021

MERDEKA BELAJAR MEWUJUDKAN "NENG NING NUNG NANG" MASA PANDEMI

Anak bukanlah kertas kosong. Mereka memiliki berbagai keunikan dan potensi. Tugas guru dan orang tua menumbuhkan potensi anak (Mang_Darma 2021).


Salam dan Bahagia

Menjadi guru penggerak angkatan pertama dari kabupaten Karangasem, Provinsi Bali di masa pandemi Covid-19 sangatlah menantang. Memang bukan perkara mudah mengkondisikan anak belajar daring dari rumah. Apalagi menciptakan proses belajar  daring yang bermakna, menarik, dan menyenangkan. Pandemi mengajarkan saya menjadi guru IPA milenial yang bersabar menuntun keunikan karakter murid saya. 
Dok: admin sahabatsains.com 

Berawal dari kecintaan pada murid saya di SMP Negeri Satu Atap Sangkan Gunung,  saya berkeinginan terus mengisi gelas kosong diri dengan kucuran ilmu pengetahuan. Tantangan di masa pandemi membuahkan praktik baik pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu “Merdeka Belajar Mewujudkan Neng-Ning-Nung-Nang"

Guna mewujudkan merdeka belajar yang digaungkan oleh Mas Menteri, saya mengupayakan metode pendidikan yang relevan dengan kodrat zaman (perkembangan zaman) tanpa meninggalkan kodrat alam (budaya) tempat anak hidup dan tumbuh. Salah satu pesan Ki Hadjar Dewantara yang saya ingat adalah adalah Neng-Ning-Nung-Nang mengenai sikap dan perilaku manusia. Neng kependekan dari Meneng yang berarti diam dan tenang dengan perhatian untuk mendengar secara aktif. Ning kependekan dari Wening yang berarti jernih di hati dan pikiran. Nung kependekan dari Hanung yang berarti kebesaran hati dan jiwa. Nang yang berati Menang atau wewenang baik secara batiniah maupun lahiriah.

Gagasan Ki Hajar Dewantara dalam implementasinya disekolah, yakni pendidik hendaknya menciptakan kesenangan (Neng), keheningan (Ning), ketenangan (Nang), dan renungan (Nung). Tugas pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual mewujudkan murid merdeka sesuai kodratnya sendiri. Untuk mewujudkan merdeka belajar, guru dapat berinovasi dengan mengintegrasikan budaya masyarakat dalam pembelajaran dengan menggunakan teknologi digital sebagai medianya. 

Keberpihakan pada murid kelas VII pada mata pelajaran IPA di kelas saya pada masa pandemi, dirancang dengan  menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan pembelajaran sosial emosional memanfaatkan teknologi digital. 


Video dokumentasi merdeka belajar (Dok: admin sahabatsains.com )

Adapun tujuan dari pelaksanaan merdeka belajar, yaitu (1) Mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered), (2) menciptakan kesenangan (Neng), keheningan (Ning), ketenangan (Nang), dan renungan (Nung) melalui konsep Tri Hita Karana dalam pembentukan karakter peserta didik, (3) Terjalinnya hubungan erat antara pendidik dan peserta didik dalam mengkomunikasikan keinginan belajar, (4) Peserta didik lebih kreativas mencipta karya berdasarkan potensi yang dimilikinya melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah membuat analisis diagnosis nonkognitif awal tentang pembelajaran menyenangkan yang diharapkan anak mengikuti pembelajaran di masa pandemi. Berdasarkan diagnosis nokognitif tersebut, dengan memperhatikan jawaban jawaban terkait gaya belajar menyenangkan yang diharapkan peserta didik, pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi terintegrasi dengan pembelajaran sosial emosional. Caranya dengan mengintegrasikan sains lokal Bali pada tahap apersepsi dan penguatan konsep dengan memberikan contoh situasi dunia nyata peserta didik (konsep kenal lebih sayang).

Form diagnosis nonkognitif yang dibuat dengan memanfaatkan aplikasi Google Form
(Dok: admin sahabatsains.com)

Upaya membiasakan karakter positif bagi anak-anak sekalipun dalam situasi belajar dari rumah dilakukan dengan jurnal kebaikan. Berhubung situasi Pandemi saat ini, pemberian instruksi, pengumpulan jurnal, serta pemberian feedback dilakukan berbantuan platform Google Classroom. Anak-anak akan mengumpulkan jurnal yang divalidasi orang tua sebagai mitra penting sekolah dalam membangun karakater positif anak. Pengumpulan jurnal ini disertai tiga foto aktivitas positif. Tentunya harus sinkron dengan apa yang tertulis di jurnal. Penulisan dilakukan dalam satu minggu.
Kegiatan  kebaikan sehari-hari  (Dok: admin sahabatsains.com )

Jurnal kebaikan 
(Dok: admin sahabatsains.com)

Mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan (Neng), peserta didik diajak melakukan games online dengan quizizz, TTS dan tebak-tebakkan gambar. Produk kreativitas yang dikumpulkan sebagai tugas proyek disesuaikan dengan daya dukung dari peserta didik tanpa memaksa terkait bahan dan bentuknya. Kesepakatan dalam hal proses dan jadwal pengumpulan dilakukan di awal pembelajaran. Pendidik juga berkomunikasi dengan orang tua melalui komentar pada jurnal kebaikan yang dibuat dalam bentuk buku. Diskusi dilakukan melalui media WA, Platform Zoom untuk vicon, LMS Google Clasroom, dan Blog Pribadi Guru.

Respon siswa terkait usaha guru menciptakan kesenangan (Neng) melalui games IPA sangatlah positif. Peserta didik sangat antusias mengikuti tournament Quizizz dimana games dilakukan secara online. Mereka tertantang untuk belajar materi terlebih dahulu sebelum melakukan tournament. Kemudian TTS asik dan games mencocokkan gambar yang penulis buat sendiri membuat peserta didik mendapatkan ketenangan (Nang) bahwa pembelajaran IPA tidak menakutkan walupun banyak rumus dan hitungan-hitungan.

Kolaborasi antara guru dan orang tua terlihat dalam wawancara terkait pengeluaran bulanan pembayaran rekening air/listrik. Orang tua dilibatkan sebagai sumber informasi yang dimintai pendapatnya tentang cara mengoptimalkan penggunaan air/listrik di rumah, pelestarian “Taru”. Peran guru dan orang tua memang mendasar dalam mendukung proses anak belajar di rumah. Keduanya mesti membangun kolaborasi demi memaksimalkan kegiatan belajar anak. Kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan akan sangat menentukan besarnya atensi siswa terhadap kegiatan belajar daring tersebut. Sedangkan pendampingan dan keaktifan orang tua dalam menemani anak akan menentukan sejauh mana kegiatan belajar di rumah akan bermanfaat dan bermakna.

Wawancara dimana orang tua adalah sumber belajar di rumah
(Dok: admin sahabatsains.com)

Orang tua diwawancarai oleh anaknya sebagai sumber belajar terkait konten secara kontekstual

Jurnal kebaikan menanamkan pendidikan karakter menuju Profil Pelajar Pancasila berdasarkan konsep budaya Bali, yaitu Tri Hita Karana. Pelibatan orang tua juga dilakukan ketika mengomentari kegiatan anaknya pada jurnal kebaikan. Hal baik yang dilakukan seperti melakukan persembahyangan (Parahyangan), membantu orang tua di rumah seperti menyapu, menyetrika dll (Pawongan), dan membersihkan lingkungan (Pawongan). Hal tersebut menciptakan kesenangan (Neng), keheningan (Ning), ketenangan (Nang), dan renungan (Nung) bagi peserta didik dalam menanamkan budhi dan pekerti. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidik wajib menuntun lakunya peserta didik, yang meliputi budhi dan pekerti.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran IPA di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dilaksanakan di kelas VII pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Proses pembelajaran yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik dan mencapai hasil yang optimal dilakukan dengan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid melalui diagnosis non kognitip di awal pembelajaran barulah selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Berdasarkan hasil analisis terhadap kebutuhan belajar peserta didik, strategi pembelajaran berdiferensiasi yang dipilih yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Diferensiasi konten yang dilakukan peserta didik adalah menyampaikan kedalaman konsep yang telah dipelajarinya dalam produk karyanya. Diferensiasi proses yang dilakukan adalah menggunakan berbagai media pembelajaran dalam menjelaskan konten. Saya menggunakan blog, video pembelajaran, dan infografis dalam menyampaikan konten berdasarkan kebebasan pada minat anak belajar berdasarkan profil belajarnya. Sedangkan pada diferensiasi produk dilakukan strategi modifikasi hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan dan pengembangan yang telah dipelajarinya
Hasil  diferensiasi produk karya siswa kelas VII (Dok: admin sahabatsains.com )

Pembelajaran diferensiasi konten, proses dan produk diitegrasikan juga dalam mengoptimalkan kompetensi sosial emosional. Teknik integrasi yang dilakukan dengan menerapkan teknik STOP, menebak gambar emosi, serta membuat jurnal sahabat sains sebagai jurnal refleksi diri.

Dok: admin sahabatsains.com 

Selengkapnya dokumentasi pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional dapat dilihat [DISINI]

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional  disisipkan dengan pemberian materi secara kontekstual sesuai kehidupan nyata di Bali. Seperti konsep kearifan lokal perayaan Nyepi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menciptakan keheningan (Ning), perubahan andem yang terjadi pada rindik, gong, obor dan konsep subak sebagai upaya pengoptimalan  air dalam andem pengairan di Bali menciptakan renungan (Nung) dalam upaya melestarikan budaya lokal Bali sebagai kodrat alam (budaya tempatnya anak tumbuh).
Dokumentasi kegiatan mengukur dilakukan di alam secara kontekstual
Dok: admin sahabatsains.com 

Tatap maya memanfaatkan aplikasi Zoom
Dok: admin sahabatsains.com 

Hal baik yang di dapat dari merdeka belajar berbasis Tri Hita Karana tersebut adalah perlahan mengubah mind set tentang pola pengajaran guru. Jika awalnya saya selalu memberikan tugas melalui instruksi sekarang lebih diupayakan memberikan tuntunan tanpa melepaskan. Kesepakatan di awal pembelajaran diperlukan untuk menggali potensi peserta didik. Dari tuntunan tersebut akan tercipta kreativitas peserta didik sesuai potensi yang dimilikinya. Tugas pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual mewujudkan murid merdeka sesuai kodratnya sendiri. Hal tersebut menciptakan kesenangan (Neng), keheningan (Ning), ketenangan (Nang), dan renungan (Nung) bagi peserta didik dalam menanamkan budhi dan pekerti. Kendala yang dialami, yaitu sulitnya menuntun peserta didik dalam kondisi belajar daring. Solusi yang dilakukan, yaitu karena tidak dapat bertatap muka secara langsung, pendidik harus ekstra sabar dalam memberikan tuntunan. Kendala dalam pelaksanaan belajar dari rumah diikhlaskan untuk tujuan menghamba pada murid di tengah pandemi.

Refleksi positif yang diperoleh dari “Debar Tikar mewujudkan Neng-Ning-Nung-Nang” dapat dijadikan praktik baik untuk diadopsi disekolah lain dengan memanfaatkan filosofi budaya daerah masing-masing tempat anak tumbuh. Kebaikan pembelajaran, yaitu guru mengembangkan inovasi pembelajaran yang berpihak pada murid (student centered), muridlah subjek bukan objek. Keberpihakan yang dimaksud adalah mengubah instruksi menjadi kesepakatan-kesepakatan berdasarkan gaya belajar yang diinginkan peserta didik. Penekanan merdeka belajar pada kesanggupan menyelesaikan proyek atas keinginan anak, kesanggupan untuk melibatkan orang tua sebagai sumber belajar di rumah, inovasi karya berdasarkan potensi yang dimiliki, dan kebebasan berpendapat saat mempresentasikan hasil karya dalam vicon.


CATATAN GURU PENGGERAK
(Belajar-Bergerak-Berbagi Untuk Negeri)

Seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman pada dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat iradatnya padi. Misalnya, ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti hanya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman yang tidak dipelihara, tetapi mengganti kodrat padi itu tetap mustahil. Demikianlah Pendidikan itu, walaupun hanya dapat ‘menuntun’, akan tetapi faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak-anak sangatlah besar.

Sabtu, 11 September 2021

DOWNLOAD RPP IPA BERDIFERENSIASI

Salam dan Bahagia 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu.

Dalam pelaksanaan di lapangan, setiap guru pasti menemukan kasus berbeda di kelasnya. Diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodir kebutuhan belajar seluruh siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dibuat hendaklah memuat strategi diferensiasi konten, diferensiasi proses ataupun diferensiasi produk. Strategi diferensiasi yang dipilih menyesuaikan dengan kebutuhan belajar yang menyangkut kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa. Strategi diferensiasi tersebut dapat dipilih salah satu ataupun dapat dipergunakan sekaligus ketiganya sesuai dengan kemerdekaan belajar di kelas bapak/ibu.



Berikut ini admin kumpulkan RPP Berdiferensiasi mata pelajaran IPA yang diperoleh dari berbagai sumber untuk membantu bapak / ibu guru sebagai bahan referensi dalam menerapkan strategi diferensiasi. Sumber berasal dari tugas teman-teman saat menjadi diklat MGMP IPA SMP Kabupaten Karangasem, dan dari situs Guru Berbagi Kemendikbud.

Tentunya kebutuhan belajar setiap murid di kelas bapak / ibu berbeda satu dengan yang lainnya. Disinilah diperlukan kemerdekaan belajar memahami keunikan setiap peserta didik

Download RPP Kelas 7 
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 7 KD 3.1  [DISINI]
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 7 KD 3.2 [DISINI]
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 7 KD 3.7 [DISINI]
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 7 Materi Wujud Materi [DISINI]

Download RPP Kelas 8
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 8 Materi Tekanan [DISINI]
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 8 KD 3.2 [DISINI]
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 8 KD 3.5 [DISINI]
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 8 KD 3.7 [DISINI]

Download RPP Kelas 9
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 8 KD 3.2 [DISINI]
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 9 KD 3.7 [DISINI] dapat juga mengunduh [DISINI] atau [DISINI] dan [DISINI]
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 9 KD 3.8 [DISINI]
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 9 KD 3.9 [DISINI]
  • RPP Berdiferensiasi IPA Kelas 9 KD 3.10 [DISINI]
Semoga Bermanfaat

Selasa, 20 April 2021

Identifikasi Aset Daerah Sebagai Modal Pengembangan Pendidikan

 Salam dan Bahagia 

Kali ini admin sahabat sains akan mengupas tentang aset Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem yang dapat dipergunakan sebagai modal pengembangan bagi pendidikan di sekolah.

Kamis, 25 Maret 2021

PROGRAM JANGKA PENDEK DALAM KOMUNITAS PRAKTISI

Salam dan Bahagia Sahabat Sains. Postingan kali ini merupakan laporan kegiatan program jangka pendek yang penulis lakukan sebagai aksi nyata menggairahkan komunitas praktisi melalui diskusi untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yang dilaksanakan guru di SMP Negeri Satu Atap Sangkan Gunung.

VISI

Terwujudnya Profil Pelajar Pancasila melalui Merdeka Belajar Berlandaskan Srada dan Bhakti

MISI

  1. Menanamkan keimanan dan ketakwaan melalui pengamalan ajaran agama yang dianutnya
  2. Mengoptimalkan proses belajar dan bimbingan yang menyenangkan, komunikatif, dan menantang melalui pembelajaran berdiferensiasi
  3. Mengembangkan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan minat, bakat, dan potensi peserta didik
  4. Membina kemandirian peserta didik melalui kegiatan pembiasaan, kewirausahaan, dan pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan
  5. Mengintegrasikan budaya lokal dalam proses pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler
  6. Menjalin kerja sama yang harmonis antarwarga sekolah dan lembaga lain yang terkait.
PROGRAM SEKOLAH 
Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi berbasis proyek

Tujuan dan Keluaran yang ingin dicapai dari program yaitu:

  1. Murid terampil dalam membuat karya / proyek
  2. Memberikan kebebasan dalam pemilihan gaya belajar
  3. Memberikan alternatif pilihan konten belajar berdasarkan minat murid
Berikut ini merupakan laporan yang penulis buat 



Koneksi Antarmateri - Coaching

Salam dan Bahagia Sahabat Sains

Kali ini admin akan membagikan koneksi antar materi dan rancangan aksi nyata praktik coaching. 


Koneksi antar materi dapat ditonton pada video berikut

Rencana tindakan aksi nyata sebagai berikut 

Semoga bermanfaat bagi bapak / Ibu 

Rabu, 10 Maret 2021

AKSI NYATA PEMBELAJARAN BERDIFRENSIASI DAN SOSIAL EMOSIONAL

Salam dan Bahagia Sahabat Sains

Berikut ini admin sahabatsains.com akan berbagi aksi nyata pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional secara daring pada mata pelajaran IPA kelas VII materi "Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya". 


VIDEO AKSI NYATA PERTEMUAN PERTAMA DAN KEDUA





Media pembelajaran yang dipergunakan saat berdiskusi dalam tatap muka maya sebagai berikut.



RPP dirancang dengan menggunakan diferensiasi konten, proses, dan produk sebagai berikut


Media share screen pada pertemuan kedua 


Sumber: Dokumen Pribadi

Jumat, 05 Februari 2021

RPP PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Salam dan Bahagia 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu. 

Dalam pelaksanaan di lapangan, setiap guru pasti menemukan kasus berbeda di kelasnya. Diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodir kebutuhan belajar seluruh siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dibuat hendaklah memuat strategi diferensiasi konten, diferensiasi proses ataupun diferensiasi produk. Strategi diferensiasi yang dipilih menyesuaikan dengan kebutuhan belajar yang menyangkut kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa. Strategi diferensiasi tersebut dapat dipilih salah satu ataupun dapat dipergunakan sekaligus ketiganya sesuai dengan kemerdekaan belajar di kelas bapak/ibu.

Baca juga: Penjelasan tentang pembelajaran berdiferensiasi DISINI

Berikut ini adalah sebuah contoh kasus pertama yang dialami guru TK

Ibu Anik adalah guru TK B dengan murid sebanyak 12 orang. Minggu depan, Ibu Anik ingin murid muridnya mengeksplorasi tentang warna. Ia ingin murid-murid menyelidiki apa yang akan terjadi jika warna-warna dicampur. Saat melakukan pemetaan kebutuhan belajar, Ibu Anik mengidentifikasi kondisi
seperti di bawah ini:

  • Sebagian besar murid-muridnya sudah dapat mengikuti instruksi yang terdiri dari dua langkah.
  • 4 orang muridnya dapat mengikuti instruksi lebih dari dua langkah dengan cepat dan mandiri.
  • 2 orang muridnya masih belum dapat mengikuti instruksi dengan baik.
Mereka masih sering melakukan sesuatu yang melenceng dari instruksi yang diberikan, sehingga perlu diberikan instruksi satu demi satu, selangkah demi selangkah.

Berikut ini RPP yang mengakomodasi profil belajar murid seperti yang dideskripsikan di atas!
Sumber : 
CGP Karangasem 1 : Bapak Doni Wiputra, Bapak Subrata, dan Bapak Agus Primandana 
RPP tersebut dapat didownload [DISINI]

Kasus ke dua adalah yang dialami guru SD sebagai berikut.

Pak Anto mengajar di kelas 1 Sekolah Dasar dengan jumlah murid 32 orang. Murid - murid di kelas Pak Anto tentunya memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Pak Anto menemukan ada 6 murid yang belum mampu membaca dan menulis, serta terdapat 2 anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan penglihatan sedang. 
Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh murid di kelasnya berbunyi:
Murid dapat menyampaikan penjelasan (berupa gambar dan tulisan) tentang anggota tubuh dan panca indera serta perawatannya menggunakan kosakata Bahasa Indonesia dengan bantuan bahasa daerah secara lisan dan/atau tulis. 

Berikut ini merupakan RPP yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan murid di kelas tersebut untuk membantu murid mencapai kompetensi dasar di atas.

Sumber: CGP Karangasem 1
Ibu Ayu Sunaryati, Bapak Purnawan, dan Bapak Kertiyasa. 
RPP tersebut dapat didownload [DISINI]

Kasus ketiga dialami guru SMA
Pak Aditya adalah seorang guru bidang studi Sosiologi di Kelas 10. Salah satu Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh muridnya adalah sebagai berikut:
Melakukan penelitian sosial yang sederhana untuk mengenali ragam gejala sosial dan hubungan sosial di masyarakat. Setelah mendiskusikan dengan murid-muridnya, ia menemukan bahwa mereka memiliki ketertarikan yang berbeda. Ada yang tertarik pada isu budaya, ekonomi, lingkungan dan psikologis.

Berikut ini RPP untuk mendiferensiasi pembelajaran sehingga murid semangat dan memiliki keterlibatan penuh dalam pembelajaran

Sumber : CGP Karangasem 1
Ibu Eka Pratiwi, Ibu Darmini, dan Bu Sri Darmayanti
RPP tersebut dapat didownload [DISINI]

Demikian tiga kasus yang dialami oleh ketiga guru pada jenjang yang berbeda. Saya yakin bapak/ibu guru memiliki banyak kasus lain di kelas bapak/ibu. Mari bersama mengakomodir seluruh kebutuhan siswa yang muaranya nanti adalah siswa memiliki kecakapan hidup berupa keterampilan sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. 
Panjang umur perjuangan guru penggerak.



Minggu, 31 Januari 2021

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF SEKOLAH

Salam dan Bahagia Calon Guru Penggerak di Seluruh Indonesia.

Kali ini admin sahabatsains.com akan membagikan aksi nyata program guru penggerak angkatan 1 pada modul 1.4, yaitu Budaya Positif di Sekolah.


BUDAYA 5S (SENYUM , SAPA, SALAM, SOPAN, DAN SANTUN ) 

MEWUJUDKAN KONSEP PAWONGAN

ARTIKEL

Oleh:

Nyoman Sri Darmayanti

Guru di SMP Negeri Satu Atap Sangkan Gunung, CGP Kab. Karangasem


A. LATAR BELAKANG

Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses pembentukan pribadi, diharapkan mampu membendung berbagai kemungkinan-kemungkinan negatif yang secara perlahan akan menghilangkan budaya bangsa. Melalui pendidikan karakter diharapkan permasalahan yang timbul dari pergeseran etika dan moral yang dilakukan oleh para generasi muda akan semakin menurun atau bahkan menghilang.

Bali sebagai pulau yang mengedepankan rasa humanisme memiliki beberapa konsep budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakatnya. Konsep Pawongan adalah Salah satu bagian dari Tri Hita Karana dalam menjaga keharmonisan hubungan di Bali. Pawongan merupakan sebuah konsep bagaimana membina hubungan harmonis antara sesama manusia. Diperlukan sebuah seni untuk membina hubungan agar selalu berjalan dengan baik. 

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar tercipta sebuah pola hubungan pawongan yang baik, yaitu: 

Memiliki pemikiran yang universal, sebagai manusia kita harus mampu untuk mengembangankan pandangan yang universal berdasarkan pemahaman pada asas-asas spiritual. Kita tidak akan bisa mendapatkan kemajuan dalam kebijaksanaan dan pemahaman yang lebih tinggi tentang spiritual melalui pandangan yang sempit. Semua bentuk pemujaan dan meditasi, yang dianggap sebagai praktik spiritual, namun sebenarnya adalah penyimpangan mental bila itu ditujukan untuk menyenangkan pikiran semata. Tuhan digambarkan sebagai ayah, ibu, kakak, teman dan seterusnya. Ketahuilah bahwa kita adalah satu. Kalian ada di dalam Tuhan dan Tuhan ada dalam diri kalian, pencerminan diri kita juga ada dalam diri orang lain. Spiritualitas berarti menyadari penyatuan kita dengan Tuhan, kita dengan ciptaan-Nya yang lain, kita dengan lingkungan. begitu kita mendapatkan keyakinan ini maka berbagai macam sadhana spritual tidak akan diperlukan lagi. Kesatuan ini seharunya tidak hanya konsep intelektual semata itu seharusnya menjadi sebuah realitas hidup.


Menjadi pribadi yang ramah, sikap ramah ibarat air segar yang bisa menawarkan rasa haus manusia akan sebuah rasa penghormatan. Hendaknya kita selalu melihat sisi baik pada sikap dan perbuatan orang lain. Bersikap ramah dengan tulus.Dewasa ini kondisi karakter peserta didik di sekolah sedikit memprihatinkan, baik secara emosional, tindakan maupun perilaku sosial peserta didk. Diperlukan upaya pembentukan budaya positif sekolah untuk membentuk profil pelajar pancasila sesuai tujuan dari merdeka belajar. Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses pembentukan pribadi, diharapkan mampu membendung berbagai kemungkinan-kemungkinan negatif yang secara perlahan akan menghilangkan budaya bangsa ini. Sehingga diharapkan permasalahan yang timbul dari pergeseran etika dan moral yang dilakukan oleh para generasi muda akan semakin menurun atau bahkan menghilang.
Banyak sekali program yang ditemukan untuk meningkatkan nilai karakter diri para peserta didik, salah satu program yang bisa diterapkan untuk menanamkan pendidikan karakter para peserta didik adalah membiasakan budaya
5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Program ini merupakan kegiatan yang sederhana, namun memiliki peranan dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesama (Pawongan)

B. TUJUAN AKSI NYATA

Adapun tujuan kegiatan ini sebagai berikut:

  1. Peserta didik dapat menggunakan bahasa yang sopan ketika berbicara dengan guru dan teman-temannya.
  2. Dengan senyum peserta didik merasa lebih damai, senang, dan gembira berada di lingkungan sekolah
  3. Dengan sapa dan salam mempererat tali persaudaraan dan mencairkan suasana
  4. Dengan pembiasaan sopan dan santun akan terbentuk pribadi yang baik sehingga tercipta harmonisasi antar semua warga sekolah (Pawongan).

C. DESKRIPSI AKSI NYATA

Pembiasaan budaya 5S diawali dengan mengadakan kesepakatan kelas. Kelas yang penulis pakai sebagai subyek adalah kelas IX A karena penulis merupakan wali di kelas tersebut. Adapun runtutan kegiatan aksi nyata Budaya 5S mewujudkan konsep Pawongan ketika masa pandemi Covid-19 di semester genap tahun pelajaran 2020/2021 sebagai berikut.

  1. Mengadakan diskusi bersama peserta didik kelas IX A melalui aplikasi Zoom untuk membentuk kesepakatan kelas terkait budaya positif yang akan diterapkan di kelas IX A. 
  2. Pendapat-pendapat peserta didik diketikkan di dokumen melalui aplikasi Google Doc. 
  3. Setelah terdapat kesepakatan kelas dimana salah satunya adalah penerapan budaya 5S, guru dan peserta didik menandatangani kesepakatan kelas tersebut.
  4. Guru memantau aktivitas peserta didik ketika mengumpulkan tugas secara langsung ke sekolah, ketika berdiskusi di grup kelas melalui WA atau classroom.
  5. Hasil pemantauan disampaikan kepada Kasatdik dan guru lain sebagai bahan refleksi.

Tolak ukur keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan ini sebagai berikut:

  1. Peserta didik terbiasa memberi salam ketika berkomunikasi dengan teman, guru dan pegawai termasuk kepada tamu yang datang.
  2. Peserta didik terbiasa memberikan senyum dan sapaan hangat ketika bertemu dengan teman, guru atau pegawai termasuk kepada tamu yang datang
  3. Peserta didik berperilaku sopan dan santun dalam kesehariannya di sekolah.


D. HASIL AKSI NYATA

Pelaksanaan budaya 5S di masa pandemi diupayakan tetap dilaksanakan. Adapun hasilnya, yaitu sebagai berikut:

  1. Pembiasaan mengadakan kesepakatan kelas dalam membentuk budaya positif awalnya memang belum biasa dilakukan oleh peserta didik karena mereka belum terbiasa memberikan pendapatnya. Setelah dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan membentuk kebiasaan baik di sekolah. beberapa peserta didik mulai memberikan pendapatnya.  Aplikasi virtual yang digunakan adalah zoom meeting.  komentar peserta didik dituliskan di kolom chat. Dari beberapa pendapat disepakatilah Budaya Positif yang akan dilakukan, yaitu: a) mentaati protokol kesehatan, b) budaya 5S (Senyum, sapa, salam, sopan, dan santun), c) mengumpulkan tugas tepat waktu, d) menjaga iman dan imun agar aman.
  2. Poster kesepakatan kelas digital  yang dibuat ditandatangani dan dishare di grup WA kelas IX A.
  3. Perilaku peserta didik ketika mengumpulkan tugas mulai diamati ketika kesekolah peserta didik memakai masker untuk mematuhi protokol kesehatan. Ketika bertemu dengan guru peserta didik tidak memberikan salam dengan berjabat tangan namun dengan salam panganjali, yaitu mencakupkan tangan dan menyapa guru yang ditemuinya.
  4. Pada awalnya ketika murid bertanya kepada guru lewat WA, banyak yang memulai percakan dengan mengetik hurup "P" yang artinya "ping" untuk mengetahui apa gurunya sedang online atau tidak. Perlahan dengan adanya kesepakatan kelas untuk berlaku sopan dan santun, peserta didik mulai terbiasa menggunaan sapaan yang sopan dan bertemu guru di sekolah berperilaku santun. 
  5. Kegiatan pembentukan budaya positif di sekolah mendapatkan apresiasi yang baik dari kasatdik dan guru lain. Guru-guru mulai juga memulai untuk mengadakan kesepakatan kelas pada murid walinya untuk membentuk budaya positif. Hal tersebut menjadi langkah awal mewujudkan hubungan yang harmonis dengan peserta didik dan warga sekolah (konsep pawongan).

E. REFLEKSI 

Kebaikan yang diperoleh dari aksi nyata ini adalah pembiasaan membangun kesepakatan kelas bersama peserta didik dengan mendengarkan keinginan peserta didik, mewujudkan hubungan yang harmonis dengan warga sekolah melalui buaya 5S, dan perubahan sikap ke arah yang positif pada peserta didik, terutama dalam hal berkomunikasi dengan guru melalui aplikasi WA pada masa belajar dari rumah (BDR). 

Kelemahan pada pelaksanaannya adalah tidak dapat membiasakan secara nyata di kelas secara tatap muka  karena masih pandemi. 

F. PERBAIKAN YANG DILAKUKAN

Jika nanti pembelajaran dapat berjalan normal, poster kesepakatan kelas akan dipasang di depan kelas supaya dapat dilihat untuk dilaksanakan oleh peserta didik. Hal ini juga dilakukan oleh wali kelas yang lain guna membentuk budaya positif sekolah.

G. DOKUMENTASI KEGIATAN


 kesepakatan kelas digital yang ditandatangani wali kelas dan murid wali

Memberikan salam kepada guru ketika ke sekolah menanyakan informasi tugas

Memberikan salam ketika di awal semester mengambil buku paket ke sekolah




Sabtu, 30 Januari 2021

AKSI NYATA PENERAPAN INKUIRI APRESIATIF MELALUI MADING BALI

Salam dan Bahagia Sahabat Sains

Kali ini saya, Mbok Nyoman akan berbagi aksi nyata Modul 1.3 Pendidikan Guru Penggerak dalam menumbuhkan budaya literasi membaca dan menulis bagi murid di SMP Negeri Satu Atap Sangkan Gunung ketika belajar dari rumah (BDR). Kegiatan ini merupakan sebuah terobosan  ke arah perubahan positif dengan menggiatkan kebiasaan membaca. Seperti apa pelaksanaan aksi Mading Bali? 

Berikut ini merupakan artikel aksi nyata saya dengan melaksanakan pendekatan inkuiri apresiatif dalam mewujudkan sekolah yang berbudaya literasi. Inkuiri apresiatif (IA) merupakan sebuah pendekatan menuju ke arah perubahan dengan mengambil segala kebaikan dan hal positif setiap komponen sekolah. 


PENERAPAN INKUIRI APRESIATIF

MEWUJUDKAN GENERASI LITERAT MELALUI MADING BALI


OLEH:

NYOMAN SRI DARMAYANTI 

CALON GURU PENGGERAK, KABUPATEN KARANGASEM, BALI


A. LATAR BELAKANG

Merdeka belajar adalah kebijakan besar dalam rangka mewujudkan transformasi pengelolaan pendidikan di Indonesia. Salah satu terobosan merdeka belajar, yaitu pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Fokus AKM ini akan menguji dua kompetensi siswa yaitu kompetensi literasi dan numerasi. Salah satu tujuan pelaksanaan AKM yaitu menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Jelas AKM ini akan benar-benar membawa perubahan karakter pada siswa apabila guru-guru juga siap menjadi seorang yang literat dalam menyikapi sebuah perubahan. Karena sejatinya semua anak itu 'istimewa' apabila guru bisa mengembangkan keistimewaannya. Literasi membantu kita membentuk pola pikir, perilaku, dan membangun karakter manusia untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat, serta alam semesta. 

Literasi tidak diartikan dalam konteks yang sempit yakni membaca dengan membawa buku saja, tetapi segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan untuk gemar membaca dan memberikan pemahaman terhadap peserta didik mengenai pentingnya membaca. Di dalam budaya literasi semua kegiatan dilakukan dengan suasana yang menyenangkan sehingga kegiatan peserta didik tidak merasa bosan saat budaya literasi itu dilaksanakan.Selain itu, bermanfaat juga untuk menumbuhkan mindset bahwa kegiatan membaca itu tidak membosankan bahkan menyenangkan.

Menjawab tantangan budaya literasi yang masih rendah di sekolah, selaku pendidik penulis merencanakan kegiatan aksi nyata Majalah Dinding budaya literasi (MADING BALI). Mengingat di semester genap masih tetap dilakukan pembelajaran secara daring. Maka pembiasaan budaya menuliskan apa yang dibaca dapat dilaksanakan di rumah.

B. TUJUAN KEGIATAN

Adapun tujuan kegiatan Mading Bali ini sebagai berikut:

  1. Menerapkan  pendekatan inkuiri apresiatif menuju perubahan ke arah yang lebih baik bagi sekolah.
  2. Menumbuhkan budaya literasi baca dan tulis ketika belajar dari rumah (BDR).
  3. Memupuk kreativitas dalam membuat majalah dinding (mading).
C. DESKRIPSI AKSI NYATA

Guna menerapkan inkuiri aprsesiatif, untuk mengawali kegiatan Mading Bali saya menggunakan alur BAGJA dalam merealisasikan perubahan menuju budaya literasi bagi peserta didik ketika di rumah. Alurnya sebagai berikut.

Pertama, Buat Pertanyaan
Pertanyaan yang dapat saya simpulkan adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana cara menumbuh kembangkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri Satap Sangkan Gunung?
  2. Dukungan apa saja yang diperlukan?

Kedua, Ambil Pelajaran
Dari pertanyaan di atas, saya menelaah hal positif yang dimiliki sekolah untuk mewujudkan pelaksanaan budaya literasi ketika belajar dari rumah, sebagai berikut
  1. Peserta didik memiliki buku pelajaran, majalah, atau koran dirumahnya yang dapat dibaca.
  2. Pentingnya menumbuhkan budaya membaca dan menulis di masa pandemi ini untuk membiasakan siswa memahami bacaan menuju pelaksanaan asesmen kompetensi minimum (AKM).
Ketiga, Gali Impian
Berdasarkan hal-hal positif yang telah dipilah, langkah selanjutnya adalah menentukan harapan yang disasar dari pelaksanaan kegiatan. Adapun hal yang penulis harapkan melalui kegiatan Mading Bali, yaitu 
  1. Menumbuhkan budaya literasi baca dan tulis ketika belajar dari rumah (BDR).
  2. Memupuk kreativitas dalam membuat majalah dinding (mading).
Keempat, Jabarkan Rencana
Adapun rencana saya sebagai berikut:
  1. Minggu ke-1 di semester genap tahun pelajaran 2020/2021 melakukan komunikasi dengan kasatdik terkait rencana yang akan dilakukan
  2. Minggu ke-2 mulai mensosialisasikan ke peserta didik kelas IX 
  3. Minggu ke-3 Mengumpulkan hasil Mading dan pemberian komentar
  4. Minggu ke-4 Merefleksikan bersama guru lain. 
Kelima, Atur eksekusi
Bagian yang terpenting yaitu eksekusi terhadap rencana. Berikut ini merupakan runtutan kegiatan yang telah saya laksanakan untuk mewujudkan Mading Bali.
  1. Bertemu dengan kasatdik memaparkan rancangan aksi
  2. Mensosialisasikan di Grup WA kelas IX untuk membuka pengumuman pada Classroom terkait aksi Mading Bali.
  3. Mengadakan kesepakatan bersama anak-anak melalui grup WA kelas IX terkait jadwal pengumpulan. Dalam hal ini disepakati satu minggu untuk pengerjaan mading. 
  4. Dokumentasi Karya Mading Bali dan dokumentasi foto ketika mengerjakan dikumpulkan di Classroom mata pelajaran prakarya
  5. Hasil karya berupa mading dikumpulkan ke sekolah dengan kesepakatan waktu pengumpulan supaya tidak bergerombol dan tetap melaksanakan protokol kesehatan ketika ke sekolah. Anak-anak langsung pulang setelah menyetor mading
  6. Hasil kegiatan tersebut dilaporkan kepada guru lain pada rapat rutin bulanan dan diadakan refleksi nilai positif dan kelemahan yang perlu di atasi.
Tolak ukur pelaksanaan aksi nyata ini adalah antusias peserta didik berproses, dimulai dari  kegiatan membaca, menulis, hingga berkreasi dalam pembuatan mading. Hal itu dapat dilihat dari keaktipan mengirim dokumentasi foto kegiatan ke classroom dari proses persiapan hingga finish. Produk berupa mading dikumpulkan dan di cek berapa orang yang sudah mengumpulkan. 

D. HASIL AKSI NYATA

Hasil dari pelaksanaan kegiatan aksi nyata sebagai berikut.
  1. Sekolah sebagai institusi pengembangan karakter pasti memiliki hal positif yang dapat digunakan untuk mewujudkan perubahan menuju budaya literasi warga sekolahnya, utamanya kepada peserta didik sebagai generasi muda. Komitmen guru sangatlah diperlukan dalam menuntun peserta didik menemukan potensi dalam dirinya.
  2. Guru dapat menuntun pembiasaan budaya membaca dan menulis dengan kegiatan yang tidak membosankan. Hal yang dapat dilakukan, yaitu memupuk kreatifitas peserta didik melalui pembuatan majalah dinding. Majalah dinding yang dibuat dibebaskan bentuk dan bahannya sesuai kreasi anak. Anak begitu antusias dalam membaca dan mengambil inti bacaan dan menuliskannya dengan indah pada mading.
  3. Melalui pembuatan majalah dinding, berbagai karya kreasi peserta didik dapat dituangkan dalam mading. Hasil mading sangat luar biasa. Peserta didik sangat antusias mengerjakannya di rumah. Bahan yang digunakan dalam pembuatan mading sangat bervariasi. Tidak ada satupun karya yang isi bacaannya sama. Itu mengindikasikan peserta didik memang benar-benar membaca bacaan dari sumber yang berbeda, tidak sekedar menjiplak bacaan temannya.
E. REFLEKSI AKSI NYATA

Pelaksanaan mading bali sebagai upaya mewujudkan peserta didik yang literat sangat baik diterapkan untuk dijadikan pembiasaan. Walaupun nantinya karya mading tidak dikumpulkan, harapan selanjutnya adalah peserta didik terbiasa membaca sebuah bahan bacaan dan menarik kesimpulan dari apa yang telah dibaca. Hal tersebut akan sejalan dengan program AKM yang tengah didengungkan oleh Kemendikbud.

Hal yang masih menjadi kendala dalam pelaksanaannya adalah beberapa peserta didik ada yang tidak mengumpulkan tugas. Karena tidak mengetahui informasi dikarenakan tidak memiliki HP. 

Sebanyak 2 orang di kelas IXA belum mengumpulkan mading, dikelas IXB 4 orang, dan di kelas IX C hanya 1 orang.  Penulis meminta ke teman yang rumahnya  dekat untuk menginformasikan tugas tersebut dan menitipkan pesan supaya lebih sering berkomunikasi dengn temannya untuk menanyakan tugas karena anak tersebut tidak memiliki hp dikeluarganya. 

F. RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG

Apabila pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan normal secara tatap muka, kegiatan pembuatan mading akan dilanjutkan di sekolah dan dilaksanakan oleh wali kelas masing-masing untuk mengkoordinir pelaksanaannya. Buku yang akan dibaca akan disiapkan oleh tenaga perpustakaan. Hal ini merupakan imbas yang baik dalam pengoptimalan peran perpustakaan sekolah sebagai penyedia sumber bacaan mengingat belum maksimalnya pemanfaatan perpustakaan. 

G. Dokumentasi Kegiatan


Informasi pembuatan mading bali di Classroom


Budaya Membaca

Budaya Membaca


Budaya Membaca 


Membuat Mading

Membuat Mading 

Karya Mading Bali 


Karya Mading Bali

Karya Mading Bali

Karya Mading Bali


Karya Mading Bali




                                       Penilaian mading